Menhut dan Kabasarnas Evaluasi Keamanan Rinjani Usai Pendaki Brasil Tewas
Tragedi Juliana Marins Jadi Titik Balik SOP Pendakian
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni bersama Kepala Basarnas Marsekal Madya Mohammad Syafii menggelar evaluasi menyeluruh terhadap prosedur keamanan pendakian Gunung Rinjani. Langkah ini diambil setelah pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), tewas terjatuh ke jurang saat mendaki. Pemerintah menegaskan bahwa kejadian ini menjadi momentum untuk memperbaiki sistem keselamatan pendakian secara total.
Usulan Perbaikan: Dari Sign Board hingga Gelang Pelacak
Dalam evaluasi tersebut, muncul berbagai usulan, seperti:
- Pemasangan papan penanda (sign board) di titik-titik rawan
- Penambahan posko darurat yang lebih dekat antar titik
- Penggunaan alat pelacak seperti RFID atau Emergency Locator Transmitter (ELT) yang dipasang di gelang pendaki
Langkah-langkah ini diharapkan dapat mempercepat respons saat terjadi kondisi darurat.
Sertifikasi Pemandu dan Klasifikasi Gunung
Kementerian Kehutanan juga akan meningkatkan sertifikasi pemandu pendakian dan menyusun daftar tingkat bahaya setiap gunung. Pendaki pemula nantinya tidak diperbolehkan langsung mendaki gunung dengan tingkat risiko tinggi tanpa pengalaman yang memadai.
Kerja Sama Darurat dan Edukasi Relawan
Sebagai bagian dari pencegahan, Kemenhut dan Basarnas menandatangani kerja sama penanganan kedaruratan. Relawan juga akan mendapatkan pelatihan tambahan agar siap membantu dalam situasi krisis.
Gunung memang menjanjikan keindahan, tapi juga menyimpan risiko. Evaluasi ini jadi langkah penting agar setiap pendakian tak lagi berujung duka.